Thursday 3 September 2015

The Unsaid Words

In the name of Allah, the Entirely merciful, the Especially Merciful

I dedicated this special post for no other than Allah, whose been leading me to His path, until where i'm currently walking right now. I've never been feeling so grateful in my life, until now. Al-hamdulillaah.

Dalam hidup saya, saya memang belum bisa disebut sebagai orang yang sangat religius dalam kesehariannya. Meskipun di umur saya yang dapat dianggap sudah dewasa sekarang ini, saya sering kali terganggu dengan beberapa ideologi-ideologi baru yang mungkin membuat iman saya sempat goyah, saya sangat bersyukur saya masih diberi hidayah oleh-Nya, atau mungkin 'teguran kecil' sehingga saya masih berpegang teguh terhadap apa yang telah saya percayai dan saya anut.

Saya tahu, saya memang tidak semestinya menggantungkan harapan kepada manusia, sesama ciptaan-Nya. Sering saya mengeluh betapa seringnya saya dikecewakan oleh sesama manusia karena perbuatannya. Pun, saya tahu banyak yang kecewa terhadap apa yang mungkin saya telah perbuat sebagai manusia, yang tidak lepas dari banyak kesalahan. Dan disaat itulah, saya mulai menghilangkan harapan saya kepada manusia, meskipun saya tahu saya sendiri adalah seorang manusia. Ironi memang, namun seperti inilah pandangan saya saat ini. Tidak tahu besok, lusa, atau beberapa bulan kemudian. Bukan, saya bukan benci terhadap manusia. Namun untuk saat ini, saya hanya tidak bisa benar-benar percaya kepada manusia, yang setiap individunya memiliki tujuan dan rencana masing-masing. Termasuk saya sendiri. Karena manusia bisa berencana, namun tetap Allah, Yang Maha Sempurna-lah yang menentukannya.

Apabila saya tinjau kembali perjalanan kehidupan saya yang lalu-lalu, saya menyadari betapa egoisnya saya terhadap apa yang saya inginkan, betapa tinggi ambisi saya untuk mendapatkan sesuatu, dan betapa cepatnya saya berubah menjadi apatis terhadap lingkungan di sekitar saya. Yah, namanya juga manusia. Semuanya memiliki keinginan dan tujuannya masing-masing dalam hidup. Lucunya, dari beberapa ambisi saya tersebut, ada beberapa yang saya sendiri, yang jujur memiliki tingkat self-esteem yang rendah, tidak percaya dapat mencapainya.

Sebut saya pemalas, penunda pekerjaan yang handal, dan kurang teliti atau ceroboh. Namun apabila saya putar kembali apa saja pencapaian yang saya raih selama ini, saya masih tidak percaya saya dapat melaluinya. Dari beberapa pencapaian tersebut, saya sering kali merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan saya. Ada saja beberapa kejadian dimana saya merasa dimudahkan karena-Nya. Misalnya seperti sekarang ini. Saya masih tidak percaya saya bisa masuk departemen K3 yang sudah saya idam-idamkan sebelum masuk ke universitas ini, hingga akhirnya sekarang saya menjadi bagian dari departemen ini. Hal kecil, memang, namun saya pernah benar-benar pasrah dan telah siap dengan berbagai kemungkinan yang ada bila saya berada di departemen lain. Saya sungguh siap apabila saya ditakdirkan bukan berada disini karena saya yakin masih banyak yang lebih-lebih baik daripada saya baik itu dari segi prestasi akademik, maupun non-akademiknya yang sama-sama menginginkan departemen yang saya tuju ini. Kemudian, dulu saat saya masih menjadi mahasiswa tingkat II, saya pernah menguping pembicaraan dua orang senior saya mengenai dosen pembimbing yang luar biasa baiknya sangat membantu proses skripsi senior saya ini. Salah satu senior tsb berasal dari departemen dimana saya berada sekarang. Dalam hati saya berkata, akan sangat beruntungnya saya apabila saya mendapatkan dosen pembimbing yang sama, di departemen yang sama, seperti senior saya. Waktu pun berlalu hingga akhirnya, dan sekali lagi, Ia menunjukkan kasih sayang dan keajaibannya kepada saya, saat saya tahu, saya akan dibimbing oleh dosen yang sangat saya inginkan bahkan sebelum saya tahu apakah saya bisa masuk departemen ini atau tidak. Entah merupakan suatu kebetulan atau tidak, tapi saya benar-benar merasakan kebesaran-Nya, sekali lagi. Allahu Akbar.

Saya sangat-sangat bersyukur akan hal itu. Mungkin masih banyak lagi kejadian bagaimana Yang Maha Kuasa menunjukkan kasih sayangnya, yang saya lagi-lagi sebagai manusia biasa tidak menyadarinya. Meskipun saya beberapa kali sering melanggar perintah-Nya, namun kasih sayang-Nya seakan tidak henti-hentinya mengalir kepada saya. Dan disitulah saya merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Saya benar-benar merasakan rasanya 'disayangi' yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya ole manusia. Saya tidak tahu akan jadi manusia seperti apa saya dikemudian hari, namun saya berharap saya dapat memanfaatkan kasih sayang yang diberikan kepada saya ini, dengan menjadi manusia yang lebih bermanfaat dengan sebaik-baiknya, tak henti-hentinya mengucapkan kata syukur, sebagaimana Sang Pencipta menyayangi saya dengan segala kasih sayang-Nya. Aamiin.

No comments:

Post a Comment